Rabu, 28 April 2010

Beberapa Pertinjaua Tentang "HOLOCAUST"


Di balik nama seorang Karl Haushofer

Seorang Profesor Yahudi ternyata punya andil andil besar dalam kasus pengejaran dan pembunuhan orang-orang Yahudi yang dilakukan Nazi-Jerman dalam Perang Dunia II. Profesor Karl Haushofer namanya.
Karl Ernst Haushofer lahir di Munich, Bavaria (Jerman), pada 27 Agustus 1869. Dia terlahir dari keluarga Yahudi Jerman, dari pasangan Max Haushofer, seorang ekonom, dan Frau Adele Haushofer. Lulus dari sekolah atas, Karir muda mendaftar sebagai tentara Bavaria. Karir di dinas ketentaraan, Karl menamatkan pendidikan di Lembaga Pendidikan Ketentaraan Bavaria (Kriegschule), Akademi Artileri (Artillerieschule), dan Bavarian War Academy (Kriegsakademie). Tahun 1896 Karl muda menikah dengan Martha Mayer Doss, juga seorang Yahudi.
Haushofer meneruskan pendidikannya hingga menjadi perwira tinggi dan berdinas di Angkatan Perang Kerajaan Jerman dan karirnya melejit hingga menduduki jabatan sebagai Staff Corp di tahun 1899. Bahkan pada tahun 1903, Karl Haushofer diangkat menjadi tenaga pengajar di Bavarian Kriegsakademie.
Tahun 1908, Haushofer dikirim ke Jepang guna mempelajari sistem ketentaraan di negeri Matahari Terbit itu. Di Jepang, Haushofer juga didaulat menjadi instruktur resimen artileri tentara Nippon. Dari Jepang, Haushofer yang menguasai banyak bahasa asing selain Jerman, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia, ditugaskan melawat ke beberapa negara Timur Jauh seperti Korea, India, Tibet, Cina, dan lain-lain.
Selama bertugas di Timur Jauh inilah, Haushofer yang memang telah lama tertarik dengan ajaran-ajaran mistis dari Timur melanjutkan penelitiannya. Dia juga menerjemahkan beberapa literatur Budhisme dan Hindu. Menurut sejumlah peneliti, ketertarikan Haushofer terhadap ajaran mistis-esoteris bukan tanpa sebab. Latar belakang keluarganya dipercaya memang telah bersentuhan dengan hal-hal seperti ini. Haushofer merupakan salah satu tokoh dari sebuah persaudaraan mistis pemuja setan (Kabbalah).
Dari perjalanannya keliling Timur Jauh inilah, Haushofer kemudian memperkenalkan sebuah Teori Geo-Politik yang dinamakan “The Heartland Theory” yang intinya berbunyi: “Siapa pun yang bisa menguasai Heartland maka ia akan mampu menguasai World Island”.
Heartland (jantung bumi) merupakan sebutan bagi wilayah Asia Tengah, dan World Island mengacu pada kawasan Timur Tengah. Kedua kawasan itu merupakan kawasan kaya minyak bumi dan juga gas. Teori ini sesungguhnya bukan otentik dari Haushofer, namun adaptasi dari Sir Alfrod McKinder (1861-1947), seorang pakar geopolitik asal Inggris terkemuka abad ke-19. Nicholas Spykman, seorang sarjana Amerika, menambahkan teori ini dengan mengatakan, “Siapa pun yang bisa menguasai World Island, maka ia menguasai dunia.” (Di Milenium ketiga, teori ini dianut oleh Gedung Putih sehingga Bush berambisi menguasai Afghanistan, Irak, dan negeri-negeri sekitarnya).
Haushofer dikenal dekat dengan perwira-perwira Jerman, bahkan berkawan akrab dengan dua tokoh Nazi, Adolf Hitler dan Sekretarisnya, Rudolf Hess. Kepada Hitler, Haushofer menyodorkan teori geopolitik dan juga teori ras unggul bangsa Arya. Buku karangan Hitler yang diasisteni Hess berjudul “Mein Kampf” (Perjuanganku, 1926)—buku ini menjadi buku suci Partai Nazi—dilatarbelakangi teori yang dikemukakan Haushofer. Menurut Haushofer, agar bangsa Jerman bisa menjadi bangsa terkuat di dunia, maka ras Arya harus memurnikan dirinya dan menyingkirkan semua orang Jerman yang bukan berasal dari ras ini. Teori Charles Darwin—juga Yahudi—pun dikemukakan oleh Haushofer sehingga Adolf Hitler menjadi semakin jatuh dalam pengaruhnya.
Berkat pengaruh dari Haushofer inilah, ketika Nazi berkuasa, maka dilakukan pemurnian ras Arya secara besar-besaran. Semua orang Jerman yang bukan berasal dari ras ini dikejar-kejar dan dihancurkan, secara khusus orang Yahudi yang memang banyak mendiami wilayah Jerman menjadi target utama. Masa lalu Hitler yang memiliki hubungan yang buruk dengan orang Yahudi menambah kebenciannya terhadap bangsa yang satu ini. Secara diam-diam Haushofer memprovokasi Hitler agar terus mengejar dan mengusir orang-orang Yahudi dari Jerman dan kawasan sekitarnya.
Mengapa seorang Haushofer yang juga Yahudi Jerman berbuat seperti ini? Jawabannya bisa ditemukan dalam sebuah pertemuan rahasia 13 keluarga berpengaruh Yahudi di Judenstaat, Frankfurt, Bavaria, di kediaman Sir Mayer Amschell Rothschild pada tahun 1773. Saat itu Rotshchild melontarkan dua rencananya. Pertama, menyusun 25 program penguasaan dunia yang kemudian kita kenal sekarang sebagai Protokolat Zionis. Yang kedua, Rotshchild menyebut nama Adam Weishaupt—seorang mantan Yesuit—untuk mendirikan dan memimpin organisasi konspiratif modern bernama Illuminati. Pertemuan Frankfurt ini menyepakati, mereka harus menemukan kembali harta karun King Solomon yang mereka yakini terbenam dalam reruntuhan Haikal Sulaiman yang ada di bawah Masjidil Aqsha di Yerusalem. Caranya adalah dengan merebut Yerusalem dari tangan bangsa Palestina yang sudah ribuan tahun mendiaminya.
Seorang tokoh Yahudi bernama Theodore Hertzl ditugaskan menemui Sultan Abdul Hamid II yang kala itu menjadi Khalifah Turki Utsmaniyah agar mau menyerahkan Tanah Palestina bagi bangsa Yahudi. Sultan menolak mentah-mentah permintaan ini walau kemudian Hertzl mengiming-imingi Sultan dengan harta berlimpah. Sultan tidak bergeming sedikit pun. “Selama jantungku masih berdetak dan darahku masih mengalir, aku haramkan Tanah Palestina bagi kalian wahai Yahudi, ” demikian jawaban dari Sultan. Akibatnya Hertzl dan petinggi Yahudi geram dan membuat satu strategi untuk meruntuhkan khilafah dengan memunculkan seorang Turki Muda bernama Mustafa Kemal Attaturk. Sultan Abdul Hamid II pun tersingkir. Kekhalifahan Turki Utsmani dibubarkan, dan Mustafa Kemal Attaturk menjadi pemimpin Turki dan mensekulerkan negeri itu. Satu penghalang telah tumbang. Walau demikian Yerusalem belum bisa diduduki.
Theodore Hertzl kemudian menyelenggarakan Kongres Internasional Zionisme (1897) yang diselenggarakan di Basel, Swiss. Kongres ini menyepakati bahwa seluruh Yahudi-Diaspora, istilah bagi orang-orang Yahudi yang masih terserak di seluruh dunia, agar secepatnya melakukan imigrasi ke Promise Land atau yang menurut mereka Kota Suci Yerusalem. Seruan Kongres Internasional Zionis ini tidak ditanggapi dengan antusias. Banyak keluarga Yahudi yang sudah mapan di Eropa dan Amerika enggan pindah ke Yerusalem. Meraka menolak seruan itu walau para ketua Zionis memaksanya.
Akhirnya tidak ada jalan lain, imigrasi Yahudi ke Palestina harus melalui jalan paksaan. Harus ada satu kondisi yang memaksa orang-orang Yahudi-Diaspora agar mau pindah ke Palestina. Akhirnya Haushofer berhasil dengan gemilang mendekati Hitler dan kemudian—tanpa disadari—ulah Nazi mengejar-ngejar orang Yahudi mengakibatkan banyak orang Yahudi yang kabur dari negerinya dan berbondong-bondong ke Palestina.
Seperti yang telah dikemukakan oleh Norman Finkeltstein dalam “The Holocaust Industry” atau Frederich Toben, peristiwa Holocaust sesungguhnya didalangi oleh kaum Zionis-Yahudi guna memaksa orang-orang Yahudi lainnya agar mau pindah ke Palestina, lewat tangan Hitler. Bahkan Norman Finkelstein yang juga berdarah Yahudi menentang cara-cara kotor Zionis ini. Dalam bukunya, Finkelstein membongkar mitos holocaust dan menyebutnya sebagai proyek pemerasan yang dilakukan Zionis terhadap negara-negara Eropa dan juga dunia, dengan mengorbankan kaum Yahudi Eropa yang sebenarnya enggan untuk ke Palestina.
Di akhir Perang Dunia II, Haushofer ditangkap oleh pasukan Sekutu. Pada tanggal 13 Maret 1946, Haushofer dan isterinya melakukan bunuh diri di Pähl, Jerman Barat. Mengikut jejak Adolf Hitler dan Eva Braun yang melakukan bunuh diri saat Berlin jatuh ke tangan Sekutu setahun sebelumnya.(Rz)

Beberapa Spekulasi Tentang HOLOCAUST
Holocaust 2
Judul : Adolf Hitler dan Holocaust: Mengungkap Fakta, Sejarah dan Kontroversi di Balik Holocaust
Penulis : George Sanford, dkk.
Penerjemah : Abdul Qodir Shaleh
Penerbit : Prismasophie - Yogyakarta
Cetakan I : Mei 2007
Tebal : 160 halaman
Tragedi kemanusiaan yang cukup kelam, Holocaust, selalu menjadi pembicaraan yang rentan akan konflik bahkan hingga di era modern seperti saat ini. Pembantaian terstruktur yang dilakukan oleh Hitler bersama Nazi dan sekutunya yang berkisar sejak 1933 hingga 1945 telah membuat lembaran hitam sejarah kemanusiaan yang sulit untuk dihapuskan begitu saja di bumi ini. Buah dari ambisi seorang fasis dan diktator, Adolf Hitler, yang ingin menyatukan Eropa dan bahkan dunia dalam satu rumpun ras bangsa Jerman, Arya (superior). Konsekuensinya adalah dengan menghancurkan seluruh etnis (suku), bangsa, ras dan budaya lainnya (inferior).
Kata Holocaust sendiri adalah berasal dari kata Yunani ‘holo‘ (keseluruhan) dan ‘caustos‘ (terbakar) yang berarti pemusnahan massal dengan cara di bakar. Holocaust merupakan pembasmian terburuk dalam sejarah manusia yang dilakukan oleh Nazi Jerman dan kolaboratornya. Mereka melakukannya secara sistematis dengan menciptakan alat yang sangat efisien guna membunuh jutaan orang dalam waktu yang terbilang sangat singkat.
Tragisnya ialah saat-saat pengejaran dan pembunuhan terhadap kaum Yahudi yang dilakukan oleh Nazi selama dalam perang dunia ke-2 yang kemudian dikenang dengan tragedi Holocaust ini. Sekejab dalam kurun waktu yang singkat, Hitler mampu membinasakan jutaan orang. Bahkan pemusnahan ini mencapai kisaran enam jutaan umat Yahudi. Tindakan rasis yang dilakukan oleh Hitler ini telah membuat terperangah bangsa-bangsa diseluruh penjuru dunia. Untuk mengenang para korbannya, berbagai tugu peringatan dan museum dibangun di seluruh dunia.
Namun, dalam beberapa dekade tahun terakhir muncul kontroversi akan benar tidaknya tragedi Holocaust. Para ilmuwan mempersoalkan apakah Nazi benar-benar telah membantai kaum Yahudi? Atau memang ada motif tersendiri yang kini mulai menelisik peristiwa kelam itu. Bahkan Iran menyebutkan bahwa peristiwa itu sebagai bentuk propaganda yang bertujuan mencari pembenaran untuk memasukkan bangsa Yahudi ke wilayah Palestina (Arab) dan mendirikan sebuah negera yang kini dikenal dengan Israel.
Ahmadinejah, Presiden Iran, menyebutkan bahwa “Holocaust adalah sebuah cerita fiktif yang dihembuskan untuk memasukkan Israel di jatung dunia Islam, sehingga Barat mempunyai kaki tangan yang sangat ampuh untuk menyerang dunia Islam dan membuah kekisruhan dengan sikap bangsa Israel yang terkenal munafik.“
Terbukti dengan tindakan-tindakan yang berwajah ganda bangsa Israel dalam setiap sikapnya. Sikap politik seperti itulah yang juga digunakan oleh Barat dan Amerika Serikat dan setiap kebijak luar negerinya. Bahkan beberapa waktu lalu Iran juga memfasilitasi pertemuan internasional yang menyoalkan kembali eksistensi kebenaran Holocaust yang dihadiri oleh para ahli sejarah dan para ilmuwan dari berbagai belahan di dunia ini. Tak heran jika kegiatan ini sangat dikecam oleh Barat dan Amerika Serikat.
Buku dengan Judul “Adolf Hitler dan Holocaust: Mengungkap Faktar, Sejarah dan Kotroversi di Balik Holocaust“ menampilkan dengan sangat rapi sosok Adofl Hitler, Kanselir Jerman yang naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 1933 setelah Partai Nazi merebut mayoritas kursi parlemen di saat pemilu waktu itu. Pemimpin militer dan politikus Jerman yang kemudian menjadi salah satu diktator paling berkuasa pada abad kedua puluh. Penciptaan akan anti-Semitisme oleh Hitler sebagai sebuah propaganda membangun Partai Nazi juga digambarkan secara jelas oleh Goerge Sanford, dkk, para penulis buku ini.
Secara panjang lebar, penulis menggambarkan pula Tragedi Holocaust ini dengan cukup informatif. Pencantuman sejumlah data yang tidak mudah dibantah para penolak Holocaust berikut beberapa gambar dan foto juga dicantumkan. Terutama fakta di Eropa sejak abad pertengahan terjadi pembantaian dan perlakuan diskriminatif terhadap Yahudi. Pembantaian, yang berasal dari Rusia, mulai terjadi secara besar-besaran terhadap kaum Yahudi sejak awal abad XX di Rusia dan Eropa Timur.
Walaupun buku ini sebenarnya merupakan biografi singkat sang fasis, rasis dan otoritarian, Adofl Hitler, akan tetapi setidaknya telah memunculkan kekritisan akan pemimpin Nazi yang menghancurkan bangsa Yahudi yang kini dikenang dengan peristiwa kelam “Holocaust“.
Dengan mengetengahkan bagaimana Hitler mampu menjalankan ambisiusnya guna membumi-hanguskan bangsa kaum Yahudi dan Semit. Atau, sekali lagi, akankah itu semua adalah fakta dan bukan cerita fiksi belaka yang akhir-akhir ini telah menjadi perdebatan komtemporer yang panas di dunia? Buku ini setidaknya akan sedikit membantu para pembaca semuanya yang ingin mengupas lebih dalam segala permasalah yang menyangkut peristiwa Holocaust.
*) Ahmad Makki Hasan
Relawan Anti Korupsi MCW (Malang Corruption Wacth), & Sekertaris Balitbang PC. PMII Kota Malang.
This entry is filed under Resensi, Kolumnis, Ahmad Makki, Tematik, Politik, Agama, Sosial dan Budaya, Keseharian, Ragam, Sains, Hukum. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

Kontroversi sejarah tragedi Holocaust kembali menjadi bahan gunjingan masyarakat Eropa. Ini terjadi tak lain karena ketabuan mitos tentang pembunuhan umat Yahudi pada Perang Dunia II itu kembali meminta korban. Korbannya kali adalah pakar kimia Jerman Germar Rudolf, 42 tahun. Dia diseret ke pengadilan Manheim dengan dakwaan menolak sejarah Holocaust dan menyebutnya sebagai "penipuan dahsyat" (gigantic fraud). Pengadilan Jerman itu menyatakan vonis untuk Rudolf akan dikeluarkan 29 Januari 2009.
Penyeretan Rudolf ke mahkamah ini memancing reaksi protes dari para elit intelektual Jerman. Tak kurang dari 25 pakar dan dosen ilmu politik Jerman merilis komunike menyatakan bahwa Israel boleh dikritik dan bahwa Holocaust telah menimbulkan penderitaan bangsa Palestina sejak 60 tahun silam. Komunike ini juga menegaskan, "Sejak enam dekade silam, Holocaust telah menyebabkan penderitaan orang-orang Palestina. Sekarang penderitaan ini terus meningkat dengan beban yang tak dapat ditanggung lagi."
Lebih jauh Komunike itu menegaskan bahwa Holocaust telah dijadikan Israel sebagai pegangan untuk bisa eksis dengan membantai orang-orang Palestina dan Libanon. Dan dalam rangka ini Israel mendapat bantuan dana dari AS sebesar tiga milyar USD pertahun.
Di sejumlah besar negara Eropa, menolak sejarah Holocaust atau bahkan sekedar meragukannya akan dicap sebagai tindak kriminal. Pelakunya akan dijerat dengan tuduhan anti-semit lalu dikenai vonis hukuman denda atau bahkan penjara. Karena itu, komunike puluhan dosen Jerman tersebut tidak langsung menyinggung tema Holocaust, melainkan mengecam penyalahgunaan Israel atas isu anti-semit dan mengkritik kebijakan pemerintah Jerman terkait agresi Israel di berbagai kawasan pendudukan Palestina.
Dengan cara itu mereka sebenarnya ingin bebas dari ketabuan mitos Holocaust dan penerapan hukum anti-semit, tetapi mereka belum berani melontarkan kritikan secara langsung dan tegas atas distorsi Holocaust. Meskipun demikian, cara ini tidak mengurangi signifikansi komunike mereka. Komunike ini tetap memberikan isyarat dan pesan yang cukup tegas bahwa masyarakat Eropa sendiri sebenarnya sudah sangat risih atau bahkan muak terhadap ketabuan mitos Holocaust. Mereka berharap suatu saat ketabuan itu akan terdobrak.
Bukan tak mungkin, masyarakat Eropa sendiri menyadari bahwa selagi mitos itu tetap ditabukan oleh sistem dan hukum di negara-negara Eropa, maka jangan harap dunia akan pernah percaya kepada kesungguhan klaim Barat tentang kebebasan berpendapat, berekspresi, dan sebagainya.
Sumber:IRIB bahasa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar